Ketika Anda membaca sebuah berita tentang anak-anak di belahan dunia lain yang kelaparan, atau yang sekarat karena penyakit yang tidak bisa dicegah. Anda mungkin akan segera memeluk anak Anda dan berterima kasih atas segala yang dimiliki. Namun setelah itu, mungkin berita dan perasaan itu akan segera berlalu, lebur bersama aktifitas Anda. Tetapi, akan menjadi berbeda jika karena berita tersebut tiba-tiba tercetus ide tentang berbagi dengan orang lain yang membutuhkan dan bersama keluarga Anda merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan.
Ide Anda untuk membantu orang lain yang kekurangan tidak hanya memiliki pengaruh besar pada hidup orang lain, tapi juga mengajarkan kepada anak-anak pelajaran bernilai tentang mengasihi orang lain dan berderma.
Menurut penulis buku ‘In Good Times & Bad’, M. Gary Neuman, berbicara kepada anak tentang kemiskinan, kelaparan, dan penyakit lainnya adalah hal yang penting, namun diskusi berat ini harus ditahan dulu sampai anak paling tidak berusia 7 atau 8 tahun. Bagi anak batita yang masih terlalu muda, mendorong mereka untuk membantu orang lain disekitarnya merupakan pelajaran cukup bernilai. Konsep terima kasih mungkin belum dipahami oleh anak-anak bahkan mereka tidak tahu mengapa mengucapkan terima kasih. Tetapi orang tua ingin anak terbiasa mengucapkan terima kasih.
Sering kita jumpai anak-anak disekitar kita yang sulit berempati dengan orang lain, cuek dengan lingkungannya, bahkan tidak peduli dengan lingkungan. Sikap tidak peduli tersebut, umumnya dikarenakan balita masih berada pada masa egosentris yang memandang dirinya sebagai pusat dunia. Sehingga tak heran pada masa ini balita cenderung berpikir dari sudut pandang dan kepentingannya saja.
Menurut J. Piaget Pieget perkembangan egosentrisme anak umumnya dimulai anak pada usia 2-7 tahun, namun hal ini tergantung juga pada kematangan kognitif pada masing-masing anak dan proses pembelajarannya yang berlangsung terus menerus. Memang tak mudah membuat anak memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Suasana keluarga yang hangat dan saling peduli di antara anggota keluarga menjadi ajang belajar anak untuk meningkatkan sikap peduli kepada sekitarnya.
Cara lain untuk mengajarkan anak agar memiliki lebih peduli adalah dengan menerima kelebihan dan kekurangan anak. Selain itu anak perlu diberikan contoh. Memperlihatkan simpati Anda pada perasaan anak atau orang lain, juga bisa menumbuhkan rasa empati anak pada lingkungan sekitarnya. Bicarakan arti tanggung jawab dalam keluarga dengan bahasa sederhana sehingga anak bisa memahami bahwa setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk saling peduli dan menolong. Cara lain bisa dengan memberikan anak tanggung jawab membereskan mainannya dan mengajak bersosialisasi. Dalam pergaulan, ia akan melihat pentingnya sikap berbagi, saling menolong dan saling memperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar